Supernova - Dee
Ini adalah ulasan buku saya yang pertama
setelah satu tahun terakhir. Saya lupa kapan kali terakhir saya membuat ulasan
tentang buku yang saya baca dan kapan kali terakhir saya membaca atau bahkan
membeli buku (hiks!). Oleh karena itu, dalam satu tahun terakhir ini saya
merasa kekeringan jiwa, ide, kreatifitas, ataupun bermenye-menye dengan satu buah kalimat. Huhu.*hidup ga asyik banget
yah!* Tapi tahun ini saya sudah mewajibkan diri membaca banyak buku dan
melunasi buku yang belum selesai di baca.
Okay. Tahun ini yang menjadi topik utama di
pencinta novel Indonesia adalah seri final dari novel SUPERNOVA – Intelegensi
Embun Pagi yang baru terbit beberapa hari kemarin. Sebelumnya saya ingin
mengingat kembali perkenalan saya dengan seri novel science fiction--filosofi –nya Dee di Indonesia ini.
Bermula dari perkenalan saya dengan
GELOMBANG – seri supernova #5 yang menemani perjalan saya ke Jakarta dua tahun
yang lalu. Sahabat saya, Ratih adalah pengikut setia supernova dari zaman
bahulak. Dia sangat mendukung sekali saya untuk membeli novel ini. Gelombang
membawa cerita tentang si Alfa – pemuda asal Batak yang ternyata adalah bagian
dari Supernova. Perjalanan hidup si Alfa saya menikmatinya dengan mulus, karena
bagi saya Gelombang seperti novel-novel pada umumnya, bahasanya mudah dipahami
namun cerita yang disampaikan membuat saya penasaran. Saya enggak kenal
denga Diva maupun Gio, dan saya dibuat
penasaran oleh mereka dan juga misinya.
Enggak tahan menahasan rasa penasaran, saya
ingin mengulik cerita dari Ratih saja, eh dia ga ngasih saya detail cerita
sehingga saya membeli dua seri awal supernova, yaitu KBJ dan AKAR yang saya
beli sewaktu di Depok sebagai teman menghabiskan waktu sepanjang hari. Sebelum
memutuskan membeli kedua seri ini, saya search supernova di goodreads untuk
mengetahui detail cerita maupun komentar pembaca. Hampir keseluruhan pembaca
jatuh cinta dengan seri KBJ dan AKAR. Pasalnya
Dee berhasil membawa pembaca jatuh hati dengan gaya bahasanya yang enggak
mainstream pada zamannya.Novel sastra yang cerdas dengan sience fiction-nya.
Bagi saya, KBJ memang novel yang enggak
mainstream. Sastra banget. Banyak kosa kata yang saya ga ngeh sehingga saya perlu membaca dua sampai tiga kali untuk
memahaminya (abot meenn! Haha :D).
Bahkan untuk membaca alur cerita dan peran setiap tokoh pun, saya harus membaca
beberapa kali hingga akhirnya “Oh gini
toh alurnya…” Meski demikian tanpa sadar saya jatuh cinta pada Diva dan
Ferre. Diva adalah model papan atas yang smart,
berprinsip,dan memiliki karakter yang kuat. Ferre adalah eksekutif muda yang
meskipun menye-menye tapi dia adalah
ksatria yang pada akhirnya berhasil menemukan jati diri. Oh ya ada lagi, Gio –
teman Diva, seorang traveler ekspedisi
gunung berwajah indo-cina yang jatuh cinta pada Diva. KBJ berhasil membuat saya
penasaran dengan hubungan Diva-Ferre, Dhimas-Rueben-Diva-supernova (S) dari
sureal, bagaimana akhir cerita ksatria dan bintang jatuh juga supernova (S).
AKAR. Seri supernova #2 satu ini masih
mempunyai gaya bahasa yang sama dengan KBJ, banyak kosa kata yang awam dan
perlu dua sampai tiga kali membaca.
Pemeran utama dalam seri ini adalah Bodhi, seorang Budhis yang merantau untuk
mencari jati diri. Perjalan hidup Bodhi yang meninggalkan kuil di Sumatra ke Jawa
– Thailand – Vietnam – Kamboja hingga kembali ke Indonesia-Jakarta. Bagian
cerita yang paling saya sukai adalah pertemuan Bodhi dengan Kell- sang penato
terbaik dan pertemuan Bodhi dengan Bong-
ketua genk punk di Jakarta dan
sekitarnya. Sebenarnya saya belum menemukan jawaban kenapa badan Kell penuh
tato, arti tato akar oleh Bodhi dan sureal yang dikirim S pada Bodhi. Walau
begitu saya bisa menebak Kell bukan orang biasa, mungkin dia sudah hidup banyak
tahun, yang pada akhirnya mati terkena ledakan bom. Eh, di sini juga muncul
Diva-Gio-Dhimas Ruben yang mengikat supernova #1 dan #2. Dan, penasaran lagi.
Mau tak mau karena penasaran akhirnya saya
membeli seri supernova ke tiga, yaitu PETIR. Nah, menurut saya, semenjak seri
supernova inilah gaya bahasa Dee sudah mulai ga menyastra (lagi) seperti KBJ
dan AKAR. Hanya perlu sekali baca, saya bisa memahami plot dan tutur bahasanya.
Sama dengan seri sebelumnya, Dee selalu berhasil memperkenalkan tokoh utama
dengan karakter yang kuat dan dalam. Seri yang satu ini sangat membekas dalam
ingatan saya. Saya dibuat jatuh cinta oleh semua tokoh dalam novel ini.
Elektra, Mpret, Bu Sati, Wati, teman-teman Mpret bahkan invisible man-nya Elektra Pop. Selain itu humor dalam novel ini renyah
banget! Saya sangat suka! Pokoknya saya enggak bosan dengan novel ini meski
sudah lima kali membacanya. Hahaha.Dalam novel ini enggak ada sureal dari S
untuk Elektra, tapi dicerikatakan bahwa Mret sepupuan dengan Bong (seri
supernova #2). Bong rela datang jauh-jauh ke Bandung untuk bertemu dengan
Elektra dan memintanya untuk menyembuhkan penyakit orang yang dicintainya
sebagai guru, sahabat dan saudara yaitu Bodhi. Nah, lagi-lagi saya dibuat
penasaran dengan akhir cerita. Bodhi akan bertemu dengan Elektra??! Uuuhh! Oh
ya, di sini juga diceritakan bahwa Diva melakukan tour perjalanan ekspedisi ke gunung dan menghilang.
Sabar,
dan sabar ya Yunita… Kelanjutan cerita pertemuan
Bodhi dengan Elektra ada di bagian supernova selanjutnya, PARTIKEL. Rasa
penasaran saya ga langsung saya penuhi sewaktu itu. Beberapa kali saya ke toko
buku, saya hanya menyentuh Partikel dan membaca sekilas pertemuan Bodhi dengan
Elektra demi menjawab rasa penasaran saya. Pernah terbesit untuk tidak membeli
seri ini, selain mahal harganya (cetakan buku lebih tebal dari yang lain), rasa
penasaran saya yang sudah terjawab, dan tak sedikit reviewer yang kecewa tapi juga banyak yang menyanjung, tapi
akhirnya saya membelinya juga. Hahah :p. Saya suka dengan ulasan pekerjaan
Zarah sebagai orang tua asuh bagi orang utan di hutan Kalimantan dan fotografi.
Dan, saya jatuh cinta pada Paul! Bagi saya, Paul sangatlah keren, seorang fotografer
yang menyimpan rasa cinta untuk Zarah secara diam-diam. *Seri supernova #4 ini
banyak drama.*
Setelah membaca semua seri Supernova (1-5)
ini barulah saya bisa tahu siapa Diva, Gio, Dhimas, Reuben dari GELOMBANG
hingga PARTIKEL. Hahah. Saya memang suka baca novel loncat-loncat serinya (film
juga) tapi yang terpenting saya bisa menarik benang merah dan paham dengan
semua alur cerita. Dari GELOMBANG-lah semua misteri mulai terkuak satu persatu.
Ada istilah baru yang digunakan seperti tulpa, ilfitran, peretas dan savara
yang akan menjelaskan masing-masing fungsi dari tokoh-tokoh yang ada dalam
seri-seri supernova. Sebab itu, muncul banyak spekulasi pembaca, siapa yang jadi
ilfitran, peretas, dan savara, karena dalam seri Gelombang ini ternyata ada
Ishtar dan Kell muncul kembali (yang sempat disebut dalam seri kedua). Ishtar
adalah penggoda Bodhi sebelumnya, dalam seri ini pun sama sebagai penggoda Alfa
(intinya Bodhi dan Alfa sama-sama jatuh hati pada Ishtar). Kell yang sebelumnya
mati pun hidup kembali dan tidak sengaja bertemu Alfa dalam pesawat menuju
Jakarta. Gio pun dalam pencarian Diva dan kembali ke Jakarta. Bodhi dan Elektra
yang sudah bertemu dan saling mengenali sebagai Akar dan Petir. Ah semakin
penasaran. Dan semua jawabannya ada di seri terbaru supernova – Intelejensi
Embun Pagi. Meski reviewer yang say abaca di goodreads – para pencinta setia
supernova banyak yang kecewa dengan ending
cerita juga gaya bahasa yang ga lagi menyasstra dan science
fiction kurang, saya tetap menanti waktu kosong untuk membeli dan membaca IEP. Ah,
semoga dalam minggu ini! (kita sambung lagi jika rasa penasaran saya terjawab
:p)
PS.
Tulisan saya ini tidak saya buat sedetail mungkin, kalian bisa membaca sendiri
seri Supernova, karena inibukan resensi. So, Selamat membaca! Selamat
berimajinasi dan berpetualang! Bersiaplah untuk jatuh cinta! Haha! :p
Komentar
Posting Komentar