Telaga Ngebel, Ponorogo



Seperti namanya, telaga ini terletak di daerah Ngebel kabupaten Ponorogo. Setelah menghadiri pernikahan Mbak Rina, kami bertolak ke Ponorogo, katanya Bu Bams sih sekalian deh kalau main biar tahu juga daerah Ponorogo. Yang namanya telaga mah di mana pun sama. Cekungan luas yang berisi air, berada di tempat ketinggian, harus melalui jalan yang berliku *versi yunita*. Okey. Telaga Ngebel pun sama, kami naik ke daerah yang lebih tinggi, banyak pepohonan dan durian (saat musim durian), jalan berkelok-kelok dan yang pasti saya menikmatinya.



Siang itu cuaca memang agak mendung, tapi harum durian tidak membuat mata mengantuk. Saya semangat menikmati perjalanan dan berhitung kapan akan berhenti dan beli durian. Setiap kali ada penjual durian, saya hanya ngiler. Huuuummm,,,!! Eh, tau-tau sudah nyampek aja. Saya bisa melihat danau di depan mata saya. Telaga Ngebel ini lebih luas dibandingan dengan Telaga Sarangan, namun lebih sepi. Saat itu siang hari yang hampir mendung, jadi tetap saja foto-foto saya hanya begitu saja. Malas untuk jalan berkeliling mencari spot, jadi kami memilih parkir depan warung-warung makan. 





Eh, kemudian saya mendengan suara musik jaranan/reog. Pas lah, ternyata saat itu sedang shooting tari reog, baik oleh reog maupun ‘jatilan’-mbak yang cantik-cantik itu. Saya sempat mendekat untuk menonton langsung. Banyak orang pun yang menonton dan mengambil beberapa video ataupun foto. Bahkan ada yang naik ke reog nya. Saya jadi teringat masa kecil, ketika itu tanggapan tari reog atau jaranan masih populer dikalangan orang yang punya ‘gawe’, baik acara nikahan, khitanan maupun agustusan-perayaan kemerdekaan RI. Saya dan adik saya sering menonton diajak Mak. Dibandingkan zaman sekarang, tanggapan reog sudah amat jarang. Bahkan kalaupun ada sudah tidak seramai dulu. Para penjual makanannya pun sedikit. Meskipun anak-anak kecil di gang rumah saya, termasuk keponakan saya, pasti heboh nari-nari reog ga jelas saat umur balitanya. Mereka sudah belajar mengenal dan mencintai budaya bangsa ini. Tinggal bagaimana kita mengajarkan agar tetap mencintai dan melestarikan budaya kita. :) Oh iya, saya tetep membayangkan berada di telaga ini saat pagi hari, ketika masih berselimut kabut dan tersiram mentari pagi. 

Tetep jaga ekosistem alam dengan tidak buang sampah sembarangan. Tetep semangat cinta lingkungan hidup sekitar, budaya dan keramahtamahannya. Happy Meii J




Komentar

Postingan Populer