Memimpin diri sendiri sebelum memimpin orang lain
Melihat foto di fb mbak Nika Anika sedang mengajar di TK, ato mbak windri yang sering menyajikan karya anak didiknya di SD dan juga mengikuti salah satu blognya PM. Hmm,, menjadi kan saya galau.
Tantang masa depan, yang pasti tak kita tahu bagaimana. Tentang cita-cita yang selalu kita haturkan di setiap doa kita. Tentang impian dan rencana yang selalu ingin mendapat ridhaNya. Tentang asa dan impian. Beda, tapi nyata adanya.
Percakapan terakhir kali di rumah dengan ibu dan mbak. Seakan-akan menghadirkan kembali semua yang aku simpan. Entahlah saya masih lom punya teman cerita untuk yang satu ini.
Tapi saya punya harapan, mimpi bisa menjadi seperti mereka. PM misalnya. Ah, belajar-mengajar dengan anak2, memberikan apa yang ku punya, meski aku tahu aku tak sesabar dan sepenyayang dengan anak kecil, Tapi aku suka.
Teringat kembali, dulu saat msih SMA, saya mempunyai 3 murid SD. Tepatnya kelas 1 SD. Mereka tergolong pintar, karena sudah mengenal huruf, lancar membaca (meski terkadang bingung dengan -ng, -ny, y), pandai berhitung, dan menulis. Jadi, saat itu yang menjadi priyoritas saya adalah bagaimana ketiga muridku lancar membaca dan menulis rapi. Hal ini harus membangun rasa percaya diri mereka, bahwa mereka mampu, mereka bisa. Kemudian lanjut ke perhitungan.
Yah, yang saya tekankan ke dalam diri mereka, bahwa mereka pasti bisa, tetap mencoba dan berusaha sendiri. Hmm,, memang sebagai seorang pengajar tak hanya perlu membuat anak didiknya pintar, cerdas, dapat menjawab semua pertanyaan. Tapi yang lebih penting adalah mengajarkan mereka menganal diri sendiri dan menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri (leadership) yang bersifat jujur. Karena saya yakin itulah yang diperlukan saat ini. Masyarakat kita.
Memimpin diri sendiri sebelum memimpin orang lain.
Dan PM itu, bilakah Allah meridhainya??
^0^)//
Tantang masa depan, yang pasti tak kita tahu bagaimana. Tentang cita-cita yang selalu kita haturkan di setiap doa kita. Tentang impian dan rencana yang selalu ingin mendapat ridhaNya. Tentang asa dan impian. Beda, tapi nyata adanya.
Percakapan terakhir kali di rumah dengan ibu dan mbak. Seakan-akan menghadirkan kembali semua yang aku simpan. Entahlah saya masih lom punya teman cerita untuk yang satu ini.
Tapi saya punya harapan, mimpi bisa menjadi seperti mereka. PM misalnya. Ah, belajar-mengajar dengan anak2, memberikan apa yang ku punya, meski aku tahu aku tak sesabar dan sepenyayang dengan anak kecil, Tapi aku suka.
Teringat kembali, dulu saat msih SMA, saya mempunyai 3 murid SD. Tepatnya kelas 1 SD. Mereka tergolong pintar, karena sudah mengenal huruf, lancar membaca (meski terkadang bingung dengan -ng, -ny, y), pandai berhitung, dan menulis. Jadi, saat itu yang menjadi priyoritas saya adalah bagaimana ketiga muridku lancar membaca dan menulis rapi. Hal ini harus membangun rasa percaya diri mereka, bahwa mereka mampu, mereka bisa. Kemudian lanjut ke perhitungan.
Yah, yang saya tekankan ke dalam diri mereka, bahwa mereka pasti bisa, tetap mencoba dan berusaha sendiri. Hmm,, memang sebagai seorang pengajar tak hanya perlu membuat anak didiknya pintar, cerdas, dapat menjawab semua pertanyaan. Tapi yang lebih penting adalah mengajarkan mereka menganal diri sendiri dan menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri (leadership) yang bersifat jujur. Karena saya yakin itulah yang diperlukan saat ini. Masyarakat kita.
Memimpin diri sendiri sebelum memimpin orang lain.
Dan PM itu, bilakah Allah meridhainya??
^0^)//
Komentar
Posting Komentar