Kita dan perempuan itu

Kota ini selalu mengingatkan aku padamu. tentang bagaimana kamu menyayangiku. Terasa, sangat terasa hari itu. Bukan berarti aku menyadarinya, bahkan seusia itu aku sudah sangat menyadarinya, betapa kau menyayangiku. Bagaimana tidak, kau mengajakku pergi menyelusuri kota ini. Kota kecil  bersebelahan dengan desa kita. 
"Ayo ikut, katanya mau beli Quran,"katamu. Aku tersenyum bahagia. Lantas bergegas ke kamara mandi. Mandi secepat mungkin, dandan. Bolak-balik ke kamara mencari jaket yang kamu belikan untukku. Ya, kamu menyuruhku memakainya, jaket tebal yang kau hadiahkan. Ini pertama kalinya aku memiliki jaket tebal dan hangat. Aku masih menyimpannya sampai sekarang.
Sore kala itu, mendung. Tapi tak hujan. Duduk di belakangmu, memandangi siluetmu. Memberi tahu pada alam ketika itu. Pada senja bahwa sekarang aku sedang bersamanya. Pada padi yang masih menghijau bahwa aku aku menyayanginya. Dan juga padaNya, bahwa aku ingin Engkau selalu menjaganya.
Kau mengajakku makan, saat hari senja sudah meredup. kau tahu itu bukan kesukaanku, rawon babat. Tapi, karena kita sudah berkeliling mencari makanan kesukaanku, penyet lele, tak juga ketemu, aku mengangguk. Kita makan. Kau memesankan dua rawon dan dua teh hangat. 
Seusai makan,kita melanjutkan lagi perjalanan. Menuju ke rumah temanmu untuk menitipkan motor dan sholat maghrib. Menunggumu sejenak di depan pintu rumah gedhe itu. 
Kita berjalan berdua di trotoar toko-toko kota itu. Memasuki toko Quran, kau menyuruhku untuk memilih yang mana ku suka. "Bingung, Qurannya bagus-bagus," kataku. Kau menghela napas. Dan tetap menungguiku memilih satu yang ku suka. Mbak penjaga toko itu begitu baik, dia dengan sabar menunggui kita. Hingga aku ambil satu diantara semua, kau tersenyum. "Udah, yakin itu?" katamu. Aku tersenyum mengangguk. Kau membayarnya. Dan kita menuju ke tempat tujuanmu. Toko-toko parfum, mainan dan obat. Barang bawaan kita banyak. Kardus gedhe tetap kau yang membawa, aku hanya membawa satu bungkus Quran ku dan satu kardus kecil.
Kembali ke rumah gedhe temanmu, mengabil motor dan kita berpamitan pulang.
Kau menyusun semua barang di atas motor, memastikan bahwa aku nyaman hingga sampai rumah.
Di depan toko jamu itu, dia menunggu kita. Memakai sweater hijaunya. Dengan muka yang cemas dan khawatir, tapi tersenyum juga saat kita berada di depan tokonya. Dia tersenyum lega. Dia, yang menyambutmu dan aku. Selalu. Peremuan itu, Ibuku..!
:)

Komentar

Postingan Populer